Selasa, 12 Juni 2012

FILKARTIKA (FILM KARTUN MATEMATIKA)


RINGKASAN
Karya tulis ini berjudul FILKARTIKA ( Film Kartun Matematika), Tontonan Edukatif Sebagai Solusi Belajar Matematika Tingkat Sekolah Dasar. Ditulis oleh Astina Dwi Errika, Miftah Hati, Tia Widyastuti, Winda Destariani, Siti Marfuah serta dibimbing oleh Dra. Indaryanti, M.Pd.
Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap menakutkan oleh para siswa sekolah dasar. Keengganan para siswa untuk belajar matematika ini ternyata berdampak buruk bagi kualitas pendidikan Indonesia khususnya dibidang matematika. Hal ini ditunjukkan dari peringkat yang di raih Indonesia pada kompetisi matematika dunia selalu berada dibawah. Siswa menganggap mata pelajaran matematika adalah pelajaran yang membosankan. Hal ini disebabkan oleh media pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat, sehingga kurang menarik perhatian siswa. Selain itu, pengaruh lingkungan yang sangat memprihatinkan juga mempengaruhi minat belajar siswa misalnya tontonan yang sering ditayangkan di televisi yang isinya tidak mendidik.
Untuk menjawab semua permasalahan ini kami menggagas sebuah solusi dalam cara belajar matematika siswa sekolah dasar yaitu melalui FILKARTIKA (Film Kartun Matematika) sebuah solusi belajar matematika yang menggabungkan dua unsur yang saling berlawanan yaitu matematika dan film kartun. Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan alternatif bagi siswa agar dapat mempelajari matematika dengan cara yang menyenangkan yaitu sambil menonton kartun. Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah metode studi pustaka yang diperoleh dari literatur-literatur terkait seperti buku-buku bacaan, surat kabar, jurnal ilmiah, dan artikel-artikel di media internet.
            Peran serta langkah strategis yang dilakukan untuk mensukseskan program ini adalah menjalin hubungan yang komunikatif serta koordinasi yang sinergi antar pihak-pihak yang terlibat seperti dinas pendidikan, lembaga penyiaran, sekolah dasar, dan lain lain; membuat wadah serta memberdayakan seniman-seniman animasi dan para ahli matematika yang ada di Indonesia; memanfaatkan stasiun-stasiun televisi Indonesia untuk mepublikasikan film kartun matematika serta menciptakan komunikasi yang baik antar siswa, guru, dan orang tua siswa.
Dengan program ini diharapkan tidak ada lagi anggapan buruk siswa terhadap mata pelajaran matematika, sehingga akan berdampak baik pada antusias siswa untuk belajar matematika serta terampil dalam penerapannya di kehidupan. Diharapkan juga dapat membawa nama baik Indonesia ke kancah internasional jika diadakan kompetisi-kompetisi matematika dunia pada kesempatan yang akan datang.







FILKARTIKA (FILM KARTUN MATEMATIKA), TONTONAN EDUKATIF SEBAGAI SOLUSI BELAJAR MATEMATIKA TINGKAT SEKOLAH DASAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran matematika merupakan salah satu subjek pelajaran yang penting untuk dipelajari oleh siswa mulai dari tingkat dasar hingga menengah, karena matematika tidak terlepas dari segala segi kehidupan. Hal ini senada dengan pendapat Cockroft (dalam Mulyono 2009 : 253) yang menyatakan bahwa matematika penting diajarkan karena selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika; merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dalam berbagai cara; meningkatakan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Berdasarkan data UNESCO, mutu pendidikan matematika di Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara yang diamati. Data lain yang menunjukkan rendahnya prestasi matematika siswa Indonesia dapat dilihat dari hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk Pendidikan (National Center for Education in Statistics, 2003) terhadap 41 negara dalam pembelajaran matematika, di mana Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 di bawah Thailand dan Uruguay (Ujianto, 2012).
Sampai sekarang mata pelajaran matematika khususnya pada tingkat pendidikan sekolah dasar masih memiliki berbagai masalah diantaranya matematika dianggap mata pelajaran yang tidak  menarik dan dianggap sulit oleh siswa, serta sistem pengajaran guru yang bersifat mekanik dan sebagian besar hanya mengajar secara konvensional . Pelajaran ‘hitung-menghitung’ ini kerap dianggap membuat bingung sehingga dalam benak mereka tertanam mindset negatif bahwa matematika itu hal yang sulit dan pada akhirnya membuat siswa itu tidak tertarik pada matematika. Selain itu, kebanyakan guru semakin menambah ketidaktertarikan siswa terhadap mata pelajaran matematika  dikarenakan kurang mampunya mereka dalam memodifikasi pembelajaran yang mampu menarik minat belajar siswa.
Dimyati dan Mudjiono ( 2006 : 233) mengemukakan bahwa dalam belajar mengajar ada empat komponen penting yang berpengaruh bagi keberhasilan belajar siswa, yaitu bahan belajar, suasana belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subyek pembelajaran. Komponen-komponen tersebut sangat penting dalam proses belajar-mengajar, sehingga melemahnya satu atau beberapa komponen akan menghambat hasil belajar yang optimal.
Seperti yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa media salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar merupakan sarana penyampai pesan kepada siswa. Penggunaan media akan merangsang minat siswa sekaligus mempercepat proses pemahamannya ketika mendapat hal-hal yang abstrak dan sulit dimengerti. Selain itu penggunaan media belajar akan menciptakan keasyikan tersendiri dalam belajar. Khususnya pada mata pelajaran matematika yang dianggap sulit bagi siswa penggunaan media dalam proses pembelajaran sangat diperlukan.
Namun pada kenyataannya, penggunaan media belajar matematika oleh guru masih jarang dilakukan. Sebagian besar guru matematika khususnya pada tingkat Sekolah Dasar cenderung menggunakan buku panduan/LKS dalam menyampaikan pelajaran matematika kepada siswa. Hal ini disebabkan karena beberapa alasan, diantaranya mengajar menggunakan media itu hanya merepotkan, memerlukan biaya yang lebih besar, kekurang-mampuan guru dalam menyediakan dan menggunakan media belajar tersebut, serta anggapan tentang media belajar yang justru akan membuat keseriusan siswa dalam belajar menjadi berkurang. Keterbatasan media yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran di sekolah inilah yang menjadi salah satu faktor penghambat siswa dalam memahami matematika secara lebih bermakna.
Penggunaan media audio-visual dalam pembelajaran matematika dianggap mampu meningkatkan daya serap siswa terhadap materi pembelajaran tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian Dunn (dalam Gordon Dryden dan Jeanette Vos: 1999) yang menyatakan bahwa mata adalah sumber belajar yang mempunyai daya serap tinggi yakni sebesar 40%, jauh lebih baik dibanding dengan daya serap melalui indera pendengaran yang hanya 30%, apalagi dibanding dengan model belajar kinestetik (gerakan) yang hanya mempunyai daya serap 15%.
Dari pendapat diatas, pengalaman yang melibatkan penglihatan, bunyi, sentuhan, rasa atau gerakan umumnya sangat jelas dalam ingatan kita. Jika menyangkut lebih dari satu indera, suatu pengalaman bahkan menjadi lebih mudah diingat.
Film kartun merupakan salah satu media audio-visual yang sangat digemari pada usia anak-anak. Film kartun ini mampu merangsang daya imajinasi anak sehingga memberikan kesan mendalam yang tahan lama. Selain itu, film kartun juga memiliki kemampuan yang besar sekali untuk menarik perhatian, mempengaruhi sikap dan juga tingkah laku anak. Hal ini dikarenakan film kartun biasanya menggunakan karakter yang mudah disukai anak, sehingga kerap kali anak-anak tersebut menjadikan tokoh kartun idolanya sebagai contoh perilaku dalam aktivitas bermainnya. Sayangnya, banyak film kartun yang tidak mendidik disajikan untuk anak-anak sehingga berdampak negatif bagi perilaku anak tersebut. Jika saja fim kartun tersebut bernuansa edukatif, maka perilaku anak-anak pun lebih terdidik.
Berdasarkan permasalahan inilah akhirnya penulis menemukan sebuah gagasan atau solusi yang dianggap tepat untuk mengatasi kondisi diatas, yaitu penulis menemukan sebuah alternatif cara belajar yang tepat bagi anak-anak usia sekolah dasar agar dapat menyukai pelajaran matematika sekaligus belajar. Penulis bergagasan untuk membuat sebuah solusi belajar matematika yang dapat dikonsumsi tidak hanya disekolah tapi juga dirumah tempat dimana seharusnya anak-anak mendapatkan banyak pelajaran. Ialah “ FILKARTIIKA (Film Kartun Matematika), Tontonan Edukatif Sebagai Solusi Belajar Matematika Tingkat Sekolah Dasar” sebuah terobosan baru bagi dunia pendidikan Indonesia khususnya matematika yang mengkombinasikan antara kartun dan matematika serta disajikan dengan konteks kehidupan sehari-hari yang dekat dengan lingkungan anak-anak sehingga membuat mereka semakin menyukai matematika.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan penulisan ini adalah :
1.      Memberikan gagasan atau solusi berupa alternatif media belajar matematika yang menarik dan mendidik bagi anak-anak usia sekolah dasar.
2.      Memudahkan guru dan orang tua dalam mentransfer pengetahuan matematika kepada anak-anak sehingga siswa paham matematika serta penerapannya dalam kehidupan.
3.      Menumbuhkan ide kreatif anak-anak dalam menyelesaikan permasalahan matematka yang terjadi di kehidupan sehari-hari mereka.
4.      Meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia terutama dibidang matematika dan meningkatkan kemampuan bersaing Indonesia dibidang matematika dikancah Internasional.

Manfaat penulisan ini adalah :
            Adapun manfaat yang hendak dicapai dari pembuatan film kartun matematika ini adalah agar dapat meningkatkan kualitas hidup anak-anak kelak dengan mereka memahami dan menerapkan ilmu matematika dikehidupan sehari-hari, dan meningkatkan latar belakang pendidikan bangsa Indonesia karena anak-anak merupakan calon penerus bangsa.
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah metode studi pustaka  (desk study) yang diperoleh dari literatur-literatur terkait seperti buku-buku bacaan, surat kabar, jurnal ilmiah dan artikel-artikel di media internet. Data dan informasi yang diperoleh tersebut kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif terkait permasalahan utama yang diangkat sehingga dari hasil pengolahan data dan informasi tersebut dituangkan dalam bentuk karya tulis  ilmiah.  


                                                                              
GAGASAN
Realita Matematika (Queen of Science), Kawan yang Dianggap Lawan
Tujuan pendidikan nasional adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang memiliki keahlian, mampu bersaing, dan berwawasaan maju dalam wadah Negara Republik Indonesia. Salah satu faktor yang mendukung tercapainya tujuan nasional adalah menguasai ilmu pengetahuan. Terdapat banyak cabang disiplin ilmu dalam ilmu pengetahuan, salah satunya ialah disiplin ilmu matematika.
Matematika adalah suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibungkus melalui proses penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga berkaitan antar konsep (Kurikulum Matematika, 2004: 5). Oleh karena hampir seluruh cabang disiplin ilmu berkaitan dengan matematika, sehingga matematika dikenal sebagai ilmu dasar dan sering juga disebut ‘Queen of Science’.
Peran matematika sebagai ‘Queen of Science’ memberikan kontribusi positif dalam tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermanfaat melalui sikap kritis dan berfikir logis. Dalam proses pembelajaran, matematika dipelajari bertujuan untuk melatih kemampuan kritis, logis, analitis,  dan sistematis, dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu pemasalahan baik dalam bidang matematika maupun bidang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Wimbarti (dalam Satria , 2012) mengungkapkan, kemampuan dalam matematika sangat diperlukan oleh manusia pada usia awal perkembangannya terutama pada saat anak duduk di sekolah dasar. Kemampuan matematika diperlukan untuk secara kognitif membantu siswa untuk dapat berpikir logis. Bersama dengan kemampuan berbahasa yang diperlukan untuk memahami ilmu pengetahuan, matematika perlu dikuasai siswa sekolah dasar unutk membantu mereka mencerna ilmu-ilmu yang akan datang kemudian pada kelas dan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Mutu pendidikan Indonesia, terutama dalam mata pelajaran matematika bisa dikatakan masih rendah. Data menunjukkan rendahnya prestasi matematika siswa Indonesia dapat dilihat dari hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk Pendidikan (National Center for Education in Statistics, 2003) terhadap 41 negara dalam pembelajaran matematika, di mana Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 di bawah Thailand dan Uruguay (Ujianto,  2012).

Tabel 1. Skor Rata-rata Matematika Siswa Tingkat IV dan VIII Tahun 2007


                       Sumber : Highlights from TIMSS (Institute of Education Science) , 2009 .

Dari tabel diatas yaitu mengenai skor rata-rata matematika siswa tingkat 4 dan 8 tahun 2007, Indonesia berada pada posisi 13 terendah pada tingkat 8. Sangat jauh dibanding negara ASEAN lainnya seperti Singapura. Studi lain menyebutkan bahwa dari data The Program for International Student Assessment (PISA) pada 2010 memperlihatkan kondisi serupa, yaitu Indonesia berada pada peringkat ketiga dari bawah, lebih baik dari pada Krigistan dan Panama (Nadiah, 2011 ).
            Dibanding Malaysia dan Singapura, kualitas matematika Indonesia masih rendah, data menyebutkan bahwa skor yang diperoleh Indonesia (411) jauh lebih rendah dibanding malaysia (508) ataupun Singapura (605). Bahkan berdasarkan data pada TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) (1992), skor Indonesia berada di bawah rata-rata skor Internasional yaitu 467 (Hudiono, 2009).
            Dari data-data diatas menimbulkan sebuah pertanyaan, apa yang membuat kualitas pendidikan matematika anak-anak Indonesia rendah?. Banyak faktor penyebab mengapa kualitas matematika Indonesia ini rendah khususnya untuk anak usia sekolah dasar. Rendahnya kemampuan anak usia sekolah dasar Indonesia dibidang matematika karena mereka beranggapan bahwa pembelajaran matematika itu sulit, serta kurangnya jumlah pengajar yang mengikuti perkembangan matematika.
            Tidak bisa dipungkiri bahwa guru salah satu pemegang peran utama yang menyebabkan berkembang atau tidaknya pengetahuan siswa sekolah dasar mengenai matematika. Anak-anak akan menyukai belajar matematika jika guru menyampaikan materi matematika tersebut dengan metode yang menarik dan menyenangkan. Namun, pada kenyataannya pembelajaran yang diterapkan hampir semua guru sekolah dasar cenderung text book oriented dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran matematika yang cenderung abstrak, sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa. Metode yang digunakan kurang bervariasi, tidak melakukan pengajaran bermakna, dan sebagai akibatnya motivasi belajar siswa sekolah dasar menjadi sulit ditumbuhkan.
            Kurangnya motivasi belajar siswa sekolah dasar terhadap mata pelajaran matematika merupakan titik awal mengapa hasil belajar mereka pun kurang baik, dan hal ini berujung pada kualitas pengetahuan matematika mereka yang buruk. Minat mereka yang kurang akan matematika ini karena anggapan mereka yang mengatakan bahwa matematika menakutkan identik dengan angka-angka yang dijamin akan membuat mata dan pikiran menjadi berkunang-kunang. Kemudian matematika sering diasumsikan dengan berbagai hal yang berkonotasi negatif, dari mulai matematika sebagai ilmu yang sukar, ilmu hafalan tentang rumus, ilmu abstrak yang tidak berhubungan dengan realita, sampai dengan ilmu yang membosankan, kaku dan tidak rekreatif. Tambah memprihatinkan lagi ketika siswa membuat sebuah slogan Matematika alias “Makin Tekun Makin Tidak Keruan”.
            Begitulah gambaran mengenai betapa anak-anak sekolah dasar sekarang jauh dari matematika. Bagaimana mereka bisa menekuni pelajaran matematika dan menerapkan dalam kehidupannya jika sekedar untuk melirik pun mereka berat melakukannya. Padahal jika ditilik lebih dalam, kehidupan anak-anak ini tidak akan terlepas dari hal yang namanya matematika. Hampir setiap langkah kehidupan mereka terikat dengan matematika.  Disaat realita matematika yang disebut sebagai ratu pengetahuan ini kian akut dijauhi oleh anak – anak, maka ungkapan yang tepat untuk menggambarkan situasi ini adalah “matematika, kawan yang dianggap lawan”.
Metode Baru pada Pembelajaran Matematika
            Menurut Nurcahyanti (2011) penyebab rendahnya mutu pendidikan secara global di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standarisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalh pendidikan si Indonesia umunya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu : Rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas dan kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, dan mahalnya biaya pendidikan.
            Beberapa langkah yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan pendidikan secara umum di Indonesia, antara lain yaitu :.
1.      Meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru, dosen serta meningkatkan nilai rata-rata kelulusan dalam ujian nasional.
2.      Pemerintah akan menambah jumlah jenis pendidikan di bidang kompetensi atau profesi sekolah kejuruan untuk menyipakan tenaga siap pakai yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
3.      Pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti menambah jumlah komputer dan perpustakaan disekolah-sekolah.
4.      Pemerintah juga akan meningkatkan anggaran pendidikan.

            Selain berupaya meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan, pemerintah  Indonesia dibantu dengan para matematikawan yang dimilikinya juga menciptakan langkah – langkah yang dianggap efektif dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan matematika di Indonesia.
            Penerapan metode-metode baru dan strategi pembelajaran matematika yang sebagian besar diadopsi dari negara-negara asing merupakan salah satu bentuk upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan matematika Indonesia. Metode – metode baru pembelajaran matematika yang sedang digalakkan sekarang ini yaitu :

1.      CTL ( Contextual Teaching and Learning)

CTL(Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu metode pembelajaran yang dikembangkan oleh John Dewey (USA) dimana materi yang diajarkan oleh guru(pendidik) dikaitkan dengn situasi dunia nyata. Penggunaan CTL ini lebih ditekankan pada mata pelajaran  Matematika.  Metode pembelajaran ini menawarkan bentuk pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, melalui proses berpengalaman secara langsung diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, sehingga pembelajaran lebih bermakna.      

2.      RME (Realistic Mathematics Education)
Pendidikan Matematika Realistik merupakan pembelajaran matematika yang didasarkan pada pemikiran Freudenthal mengenai matematika sebagai aktivitas manusia (Gravemeijer :1994). Dalam metode RME, matematika harus terkait dengan realita dekat dengan duniaa siswa dan harus relevan dengan kehidupan sosial. Kata “realistik” tidak hanya berarti suatu kenyataan tetapi “realistik” berarti sesuatu yang bermakna bagi siswa. Dalam pembelajaran matematika realistik, permasalahan kontekstual yang dipakai harus bermakna bagi siswa.

3.      Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematika penting seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasian, komunikasi matematika, dan lain lain dapat dikembangkan secara lebih baik.

  1. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Dalam teori ini, penekanan diberikan kepada siswa lebih dari pada guru. Hal ini karena siswalah yang berinteraksi dengan bahan dan peristiwa dan memperoleh kepahaman tentang bahan dan peristiwa tersebut.

Metode-metode pembelajaran matematika diatas semuanya menekankan pada keaktifan peserta didik (siswa). Dengan demikian siswa berkesempatan untuk mengungkapkan ide-idenya dan alasan jawaban mereka. Dan diharapkan dengan penerapannya metode –metode diatas dapat merangsang siswa sekolah dasar untuk merubah pola pikir mereka mengenai matematika hingga akhirnya membuahkan hasil belajar yang memuaskan.
Back to Konvensional
            Tujuan pembelajaran matematika yaitu : (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, marancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirka solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagaram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa  ingin tahu , perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah ( Depdiknas, 2006).
            Berdasarkan tujuan tersebut pemerintah telah melakukan pembaharuan dan usaha untuk melakukan perbaikan pada sistem pendidikan, seperti penyempurnaan kurikulum, dengan meningkatkan kemampuan guru melalui penataran. Meskipun demikian, hasil belajar siswa masih rendah khususnya pada` pelajaran matematika, kenyataan setiap UN (Ujian Nasional) rata-rata siswa yang tidak lulus adalah mata pelajaran matematika. Hal tersebut merupakan masalah bagi pengajar untuk memilih metode mengajar yang menarik perhatian siswa untuk belajar sehingga menimbulkan minat dan motivasi bagi siswa untuk berprestasi yang juga akan mendukung terhadap hasil belajar matematika.    
            Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, bahwa dengan diciptakan serta diterapkannya metode-metode inovasi pembelajaran matematika merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan kualitas mematematisasi siswa. Namun, tidak menutup kemungkinan metode-metode diatas juga memiliki kendala dalam pelaksanaanya. Banyak faktor yang membuat metode-metode diatas tidak berjalan secara efektif.  Diantaranya, metode ini tidak mendapat dukungan dari semua pihak, khususnya pihak guru sebagai pemegang kunci terjalan atau tidaknya metode ini. Beberapa guru matematika yang menganggap bahwa penerapan metode pembelajaran baru ini hanya membuang-buang waktu saja, kemudian repot dalam pelaksanaannya. Belum lagi dituntut untuk mencapai Kompetensi Dasar yang tercatat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal inilah yang akhirnya membuat guru terkadang enggan menerapkan metode baru dan akhirnya memutuskan menggunakan metode pembelajaran  matematika yang konvensional, mekanik dan cenderung text book yang akhirnya menghambat upaya peningkatan mutu pendidikan Indonesia.
            Disaat penerapan metode-metode baru yang diharapkan bisa meningkatkan antusias siswa tingkat sekolah dasar terhadap mata pelajaran matematika tak berjalan dengan mulus, maka dirasa perlu sebuah solusi untuk mengatasi hal tersebut. Inilah yang menjadi alasan kami menggagas sebuah inovasi dalam proses pembelaran matematika untuk tingkat sekolah dasar. Yaitu sebuah media belajar matematika yang akan digemari oleh anak-anak sekolah dasar dan dapat membuat siswa itu lebih mudah paham terhadap materi yang diajarkan.
Filkartika (Film Kartun Matematika), Solusi Belajar Matematika Matematika Siswa Sekolah Dasar
            Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya ternyata Indonesia masih butuh pembenahan dalam pendidikan. Khususnya kualitas pengetahuan anak-anak tentang matematika. Jika dibiarkan, lambat laun Indonesia akan semakin ketinggalan dengan negara lain dan akhirnya akan bermuara ke keterpurukan sistem pendidikan Indonesia.
            Untuk mencegah keterpurukan pendidikan Indonesia, kami memiliki sebuah  inovasi media belajar yang bisa mengatasi semua permasalahan pembelajaran matematika yaitu mengkombinasikan matematika dengan sebuah animasi / kartun. Maksudnya disini ialah dengan merepresentasikan materi-materi ajar matematika ke dalam sebuah film kartun yang sangat disukai oleh anak-anak.
            Pengalaman – pengalaman yang melibatkan penglihatan, bunyi, sentuhan, rasa, atau gerakan umunya sangat jelas dalam memori kita. Dan jika menyangkut lebih dari satu indera, suatu pengaman bahkan menjadi lebih mudah diingat ( DePorter, 1999 : 214). DePorter juga mengemukakan ( 1999 : 209) bahwa sebagai seorang anak, bermain-main dan bersenang- senang kemungkinan menjadi fokus segala ingatan.
            Berdasarkan teori tersebut, kami memilih kartun sebagai media belajar matematika anak usia sekolah dasar. Objek gambar yang bergerak seolah-olah hidup ini tidak hanya digunakan untuk hiburan saja, namun sangat tepat jika dijadikan sebuah media belajar mata pelajaran matematika. Hal-hal yang bersifat audio-visual biasanya akan mudah diingat oleh anak-anak tingkat sekolah dasar karena pada usia sekolah dasar ini yaitu dari usia 6-12 tahun ialah masanya bagi anak dimana mereka lebih sering menggunakan imajinasi dan khayalan mereka. Dengan mengkombinasikan matematika dengan film kartun yang  dianggap sebagai sesuatu yang sangat menarik oleh anak sekolah dasar, bisa di pastikan anak-anak tidak akan pernah malas lagi untuk belajar matematika.
            Kelebihan lain dari FILKARTIKA ini adalah film kartun yang disajikan di dalam lingkungan rumah, yang artinya ialah disaat anak-anak bosan dengan pelajaran mereka disekolah maka untuk menghilangkan kebosanan tersebut dengan menonton film kartun ini dirumah mereka. Tidak bisa dipungkiri bahwa rumah adalah satu-satunya tempat yang paling diingini oleh siswa sekolah dasar untuk menghabiskan sebagian besar waktunya, dan disaat yang tepat seperti inilah film kartun matematika disajikan di stasiun-stasiun televisi kesayangan keluarga.
            Film kartun matematika sebagai tontonan edukatif anak-anak ini disajikan dengan memakai prinsip contextual dan realistic, yang artinya alur cerita yang di tawarkan pada tiap tayangannya merupakan konteks kehidupan yang sangat dekat dengan anak-anak. Diharapkan dengan ini anak-anak bisa lebih mudah mencerna materi yang diajarkan dalam film itu karena ia merasa dekat dan tidak asing dengan situasi tersebut.
            Inovasi media belajar ini selain dapat menjadi sebuah alternatif yang sangat cocok bagi pembelajaran matematika anak, juga dapat memotivasi para animator yang dimiliki oleh Indonesia untuk lebih meningkatkan kreatifitas mereka dalam membuat animasi yang bermanfaat dan memiliki nilai edukatif bagi masyarakat, terutama anak-anak.
Peran dan Langkah Strategis Pencapaian Program
            Untuk mendukung dan mensukseskan program yang telah kami tawarkan ini, tentunya diperlukan peran dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah,matematikawan/wati, guru, animator, lembaga penyiaran Indonesia, orang tua, dan tentu saja siswa sekolah dasar itu sendiri. Peran pemerintah sebagai pengambil kebijakan, berupa penyediaan dana anggaran khusus yang nantinya akan dipakai oleh para crew dan tim kreatif yang mengelola pembuatan film kartun ini nantinya. Peran guru adalah sebagai motivator dan memberikan sugesti kepada para siswa sekolah dasar agar para siswa tertarik untuk menyaksikan program ini. Selain itu, peran dari para animator adalah memunculkan ide kreatif untuk mendesain sebuah film kartun matematika agar menarik bagi anak-anak. Peran matematikawan/wati berupa menghasilkan ide-ide matematis berupa materi-materi belajar matematika yang nantinya akan direpresentasikan dalam bentuk kartun. Peran lembaga penyiaran Indonesia untuk mempublikasikan film kartun melalui stasiun-stasiun televisi. Sebagai orang tua tidak terlepas perannya yaitu untuk mengawasi anak mereka dalam belajar menggunakan media ini. Sedangkan peran siswa sekolah dasar adalah sebagai objek sekaligus pelaku dalam pengeksekusian program ini. Tanpa peran dari siswa maka program ini akan sia-sia.
            Keluaran dari pelaksanaan program ini nantinya akan menghasilkan siswa-siswa sekolah dasar yang terampil dalam matematika. Tidak hanya dalam teoritis saja tapi juga implementasinya dalam kehidupan sekaligus dapat mengharumkan nama Indonesia jika memenangkan berbagai kejuaraan matematika dunia.
Langkah strategis yang dapat dilakukan adalah :
1.      Menjalin hubungan serta koordinasi yang sinergi antar pihak-pihak yang terlibat seperti dinas pendidikan, lembaga penyiaran, sekolah dasar, dan lain lain.
2.      Membuat wadah serta memberdayakan seniman-seniman animasi dan para ahli matematika yang ada di Indonesia.
3.      Memanfaatkan stasiun-stasiun televisi Indonesia untuk mepublikasikan film kartun matematika.
4.      Menciptakan komunikasi yang baik antar siswa, guru, dan orang tua siswa.
            Dengan adanya langkah strategis dalam pembuatan film kartun matematika ini serta didukung oleh semua pihak yang terkait, diharapkan dapat meningkatkan kecintaan serta keterampilan anak-anak sekolah dasar terhadap matematika dan yang pastinya juga dapat meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia terkhusus dibidang matematika. Sehingga kualitas hidup anak-anak Indonesia menjadi semakin membanggakan. Dan pada akhirnya Indonesia dengan bangga dan percaya diri untuk menunjukkan pada dunia bahwa “Indonesia Bisa”.
KESIMPULAN
            Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
  1. Permasalahan mendasar yang menyebabkan kualitas pendidikan Indonesia khususnya matematika rendah dikarenakan kurangnya minat serta antusias para peserta didik terhadap matematika itu sendiri. Metode-metode pembelajaran yang ditawarkan sebagai upaya peningkatan kualitas matematika Indonesia ternyata masih dianggap sebelah mata oleh beberapa pihak yang menyebabkan pengembangan metode ini pun menjadi terhambat.
  2. Untuk mengatasi kurangnya minat dan antusias siswa sekolah dasar terhadap matematika maka diciptakanlah sebuah solusi belajar matematika baru yang mengkombinasikan antara matematika dengan kecintaan anak-anak akan tokoh kartun, yaitu FILKARTIKA (film kartun matematika) yang memakai konteks kehidupan anak-anak sehingga anak-anak akan mudah memahami matematika.
  3. Langkah strategis yang dijalankan untuk merealisasikan program FILKARTIKA adalah dengan cara
·         Menjalin hubungan yang komunikatif serta koordinasi yang sinergi antar pihak-pihak yang terlibat seperti dinas pendidikan, lembaga penyiaran, sekolah dasar, dan lain lain.
·         Membuat wadah serta memberdayakan seniman-seniman animasi yang ada di Indonesia.
·      Memanfaatkan stasiun-stasiun televisi Indonesia untuk mepublikasikan film kartun matematika.
·      Menciptakan komunikasi yang baik antar siswa, guru, dan orang tua siswa.
4.      Ekspektasi yang luar bisa dengan adanya program ini ialah agar tidak ada lagi istilah siswa takut dengan mata pelajaran matematika, melainkan mencintai matematika dan terampil tidak hanya dalam teoritis saja tapi juga dalam penerapannya dikehidupan yang kedepannya akan berdampak kepada kualitas pendidikan Indonesia.




















DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.    Jakarta: Prestasi Pustaka Karya
Depdiknas. 2003. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Rineka Cipta
DePorter, Bobbi dan Mike Herracki. 2002. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : Kaifa
Dryden, Gordon dan Jeanette Vos. 1999. The Learning Revolution. The Learning Web : United State
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Gravemeijer, K. 1994. Developing Realistic Mathematics Education. Utrecht : CD Beta Press
Hudiono, Bambang. 2009. Pendidikan Matematika Masa Depan. http://matematikaunp.wordpress.com/2009/10/08/pendidikan-matematika-masa-depan/ , (diakses tanggal 25 Februari 2012)
Nadiah, Rifa. 2011. Waduh… 76,6 % Anak Buta Matematika. http://kampus.okezone.com/read/2011/05/20/373/459251/Waduh...76,6%, (diakses tanggal 24 Februari 2012 )
Satria. 2012. Mutu Pendidikan di Indonesia Masih Rendah. http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4467, (diakses tanggal 24 Februari 2012)
Unjianto, Bambang. 2012. Mutu Pendidikan Matematika di Indonesia Masih Rendah. http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/02/26/110642/Mutu-Pendidikan-Matematika-di-Indonesia-Renda, (diakses tanggal 25 Februari 2012).
U.S Department of  Education . 2009. Mathematics and Science Achievement f U.S. Fourth-and Eight-Grade Students in an International Context. United State








Biodata Ketua Pelaksana
Nama                                          : Astina Dwi Errika
NIM                                           : 06101008043
Jurusan                                       : Pendidikan MIPA
Program Studi                            : Pendidikan Matematika
Alamat                                       : Jl. Sarjana Blok.D No.1 Timbangan Kab. Inderalaya Utara ,Ogan Ilir, Sum-Sel 30662
HP                                              : 087796779040
E-mail                                         : astinadwierrika@yahoo.com

Indralaya, 5 Maret 2012



Astina Dwi Errika




Biodata Anggota Pelaksana

Nama                                          :  Miftah Hati
NIM                                           : 06101008028
Program Studi                            : Pendidikan Matematika
Alamat                                       : Jl. Nusantara, Pemondokan Mahasiswa Prima,     Inderalaya , Ogan Ilir
HP                                              : 085764188166
E-mail                                         : miftahhati@ymail.com


Indralaya, 5 Maret 2012



Miftah Hati

  
Biodata Anggota Pelaksana

Nama                                          : Siti Marfuah
NIM                                           : 06111008039
Program Studi                            : Pendidikan Matematika
Alamat                                       : Jl. Kancil Putih Pulau, No.32 RT 47 RW 10 Kec.  Demang Lebar Daun,Kel.Ilir Barat 1 Palembang
HP                                              : 085378156751
E-mail                                         : siti.marfuah1994@yahoo.com

Indralaya, 5 Maret 2012



                                                                                    Siti Marfuah

Biodata Anggota Pelaksana

Nama                                          : Tia Widyastuti
NIM                                           : 06101008035
Program Studi                            : Pendidikan Matematika
Alamat                                       : Wisma Amanah No.6 Inderalaya
HP                                              : 085268730989
E-mail                                         : tia.widyastuti@yahoo.com

Indralaya, 5 Maret 2012



Tia Widyastuti

Biodata Anggota Pelaksana

Nama                                          : Winda Destariani
NIM                                           : 06101008016
Program Studi                            : Pendidikan Matematika
Alamat                                       : Bedeng Kades , Timbangan km.32 Inderalaya Ogan Ilir
HP                                              : 08153888907
E-mail                                         : windadestariani@yahoo.co.id

Indralaya, 5 Maret 2012



Winda Destariani

Biodata Dosen Pendamping


1. Nama Lengkap                    : Dr. Somakim, M.Pd
NIP                                   : 196304061991031003
Jenis Kelamin                    : laki-Laki
Tempat/Tanggal Lahir       : Palembang, 4 April 1963
Pangkat/ Golongan           : Pembina/ IV A

Jabatan                             : Lektor Kepala

Alamat Kantor                  : FKIP Unsri
Alamat Rumah                  : Jl. Suka Bangun II Pondok Indah Recidence B-6 Palembang 
Telepon                             : 0812 7830500
E-mail                                : somakim_math@yahoo.com

Pendidikan Formal:
    1. SD Negeri 124 Palembang
    2. SMP Santo Louis Palembang
            4.   SMA Xaverius II Palembang
            5.   S-1 Pendidikan Matematika FKIP UNSRI
            6.   S-2 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya
            7.   S-3 Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia
Pengalaman Jabatan:
-          Sekretaris UPSIF 1998 – 2002
-          Koordinator PPL 2002 – 2006
-          Sekretaris Pendidikan Magister Pendidikan Matematika 2010-sekarang
-          Dosen/ Staff pengajar 1991- sekarang

Inderalaya, 6 Maret 2012


Dr. Somakim, M.Pd
NIP.  196304061991031003

1 komentar:

Ari candra rahmanaga mengatakan...

sangat bermanfaat
jangan lupa Kunjungi Kami : https://ittelkom-sby.ac.id/

Posting Komentar