Kamis, 14 Juni 2012

Supervisi Pendidikan


Pengertian Supervisi Pendidikan
1.      Pengertian Supervisi  Pendidikan

a.       Pengertian supervisi Menurut Beberapa hal : 

Arti Supervisi menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung dalam perkataan itu ( semantik).
·            Secara morfologis, Supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super dan vision. Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan – orang yang berposisi diatas, pimpinan – terhadap hal-hal yang ada dibawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan supervise bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinnaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata - mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki
·            Secara sematik, Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya.
·            Secara Etimologi, supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris “ Supervision” artinya pengawasan di bidang pendidikan

Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor.

b.      Pengertian Supervisi Menurut Pendapat Para Ahli :

Good Carter memberi pengertian supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, dan metode mengajar dan evaluasi pengajaran.
download selengkapnya

Wanita itu Kartini Dunia, dengan atau tanpa UU KKG


By : Astina Dwi Errika
Pendidikan Matematika ‘10

Wanita, siapa yang tak familiar dengan kata ini. Kata yang memiliki sejuta makna bagi yang membaca, mendengar, dan menyebutnya. Bahkan dengan satu double folio pun tak cukup menggambarkan makna dari ‘wanita’ ini. Sosok yang identik dengan feminisme dengan segala realita kehidupannya dan menginspirasi semua mata yang menatapnya. Tak bisa ditampik  bahwa seorang wanita adalah tonggak perubahan dalam setiap bidang kehidupan. Selaras dengan pepatah bahwa ‘dibalik pria hebat, terdapat peran wanita di belakangnya”. Bayangkan, sebuah kata –negara- saja di berikan sebutan ‘ibu pertiwi’ bukan ‘bapak pertiwi’. Ini menggambarkan bahwa istilah dan status ‘wanita’ itu benar-benar istimewa bagi yang menyandangnya.
Berbicara mengenai sosok serta peranan wanita, tentu kita tidak asing lagi dengan seorang tokoh yaitu  R.A Kartini, sosok  pejuang  wanita yang dengan segala kemampuan yang ia punya baik pikiran maupun tenaga untuk memerjuangkan hak-hak yang seharusnya didapat oleh kaumnya yang tak lain adalah kaum wanita. Kasus diskriminasi terhadap wanita ketika itu sangatlah mencuat, dimana oleh pihak penjajah wanita tidak diperbolehkan untuk mengenyam pendidikan, berpartisipasi dalam sosial dan masyarakat  dan berbagai perlakuan yang menahan kapabilitas wanita dalam hal kreativitas, intelektualitas, dan sosial. Kemudian, dengan segala upaya dilakukan oleh sang pejuang R.A Kartini agar hak-hak yang layak didapat oleh kaum wanita tersebut dikembalikan lagi oleh para penjajah. Alhasil, meskipun dengan mengorbankan jiwa dan raga usaha-usaha yang dilakukan beliau bersama para pendukungnya pun membuahkan hasil yang membanggakan.  Hak-hak yang memang sepatutnya di dapat oleh wanita pun direbut kembali. Demikian singkat cerita mengenai perjuangan tokoh wanita memperjuangkan hak-hak wanita di masa penjajahan. Lalu, dibandingkan sekarang, apakah perjuangan ibu Kartini itu masih terus berlanjut ?.
Jawabannya tentu saja “ya”. Perjuangan terhadap hak-hak wanita ini akan terus berlanjut karena tak kan ada yang bisa menahan langkah wanita untuk terus membuktikan eksistensi diri. Namun, yang menjadi pertanyaan sekarang bagaimana bentuk upaya wanita dalam hal memperjuangkan hak-hak mereka ? apakah sama seperti yang dilakukan oleh Ibu Kartini dengan menguras tenaga hingga tetes darah terakhir ?. Jika dipikir secara logika, tidak mungkin dimasa sekarang dilakukan hal-hal heroik seperti masa penjajahan. Oleh karena itu, jika anda mendengar topik pembicaraan  mengenai RUU KKG ( Keadilan dan Kesetaraan Gender) itulah jawaban dari pertanyaan – pertanyaan yang terturai sebelumnya.
Rancangan Undang-Undang tentang Keadilan dan Kesetaraan Gender ( RUU KKG ) merupakan isu nasional yang tengan ramai dibicarakan saat ini. Upaya melanjutkan perjuangan sang Ibu Kartini tertuang secara fisik dalam perancanga Undang-Undang ini. Mengutip dari salah satu pasal di RUU ini, pasal 1 ayat 2 : “Kesetaraan Gender adalah kesamaan kondisi dan posisi bagi perempuan dan laki-laki untuk mendapatkan kesempatan mengakses, berpartisipasi, mengontrol, dan memperoleh manfaat pembangunan di semua bidang kehidupan.”
Isi dari ayat ini menjawab mengapa RUU ini disebut sebagai benuk kelanjutan perjuangan hak wanita episode masa sekarang.  Dengan jelas diuraikan bahwa antara wanita dan pria memiliki hak yang sama dalam semua bidang kehidupan. Artinya bahwa wanita Indonesia semakin ingin mengepakkan sayapnya dibidang manapun dan membuktikan pada dunia bahwa eksistensinya patut untuk diberikan perhatian lebih.
Namun, sebagai sebuah pembaharuan dalam perkembangan dunia kewanitaan dan dunia perpolitikan, tentunya rancangan undang-undang ini memancing perhatian banyak pihak. Perhatian masyarakat pada rancangan undang-undang ini berupa dukungan juga kecaman. Sebagian yang mendukung RUU ini menganggap bahwa ini adalah salah satu bentuk revolusi bagi dunia wanita dimana tak ada lagi perlakuan-perlakuan diskriminatif terhadap wanita, apapun bentuknya baik itu kekerasan, pembatasan untuk memperoleh akses, partisipasi, dan kontrol dalam hal pembangunan. Hal ini tidak bisa dianggap enteng karena jika rancangan ini kelak disetujui dan diterapkan maka secara legitimasi akan diakui aturan-aturannya yang berefek pada ganjaran yang diberikan kepada pada pelanggar.  Kemudian, rancangan ini memberikan peluang dan kesempatan sebesar-besarnya bagi seluruh wanita Indonesia untuk menunjukkan sepak terjangnya di negara bahkan dunia. Jikalau dulu terdapat beberapa profesi yang tidak diperuntukkan bagi kaum wanita, mungkin dengan adanya rancangan ini aturan remeh semacam itu tidak akan berlaku lagi. Wanita akan semakin mudah dalam mencapai karirnya selain tugas utamanya yaitu sebagai supervisi rumah tangga.
Disisi lain, sebagian kelompok yang mengecam bahkan menolak rancangan ini menganggap bahwa rancangan undang-undang ini merupakan sebuah pemaksaan hak. Dengan substansi bahwa mulai dari asas, undang-undang ini tidak mencantumkan agama sebagai asas. Padahal di UUD 45 ada konsep “ Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Esa”. Para pemimpin kita dahulu sudah menyadari bahwa keberadaan Tuhan itu sangan penting. Sedangkan RUU KKG ini hanya berorientasi pada dunia serta mengesampingkan akhirat. Bisa jadi ketika RUU ini sah, kewajiban untuk mencari nafakah bisa dipindah kepada wanita. Logika yang dibangun nampak sangat keteteran secara alamiah. Sebenarnya semua hak itu ada porsinya masing-masing. Orang yang diakui melahirkan dan hamil tidak bisa dipertukarkan dengan orang yang dilahirkan menjadi laki-laki. Wanita memiliki porsi yang berbeda dari laki-laki. Akan tetapi itu akan tetap dalam tataran keadilan.
Namun, terlepas dari semua bentuk pro dan kontra yang ditimbulkan oleh RUU KKG ini, mestinya menjadi cerminan bagi kita bahwasanya Tuhan telah menciptakan wanita dan pria itu dengan hak dan kewajiban masing-masing dan sepatutnyalah untuk saling menghargai hak dan kewajiban tersebut. Tergantung dari pribadi kita masing-masing bagaimana menanggapinya dan memilih apakah akan ikut menolak, menerima atau bahkan tidak bereaksi apa – apa terhadap hal itu. Namun satu hal yang perlu diingat bahwa esensi seorang wanita tidak dapat untuk dikurangi atau bahkan untuk dihilangkan dalam segala segi kehidupan. Kontribusi antara wanita dan pria pun pada dasarnya saling bersinergis, dan berkesinambungan. Dan seorang wanita akan tetap pada kodratnya untuk menjadi ibu dalam keluarga. Interpretasi orang- orang pun tak akan berubah mengenai seorang wanita, sebab wanita akan tetap menjadi Kartini dunia dengan atau tanpa adanya Undang-Undang KKG tersebut. Karena takkan ada yang bisa membatasi langkah para wanita dalam meraih kebahagiaan mereka.
HIDUP WANITA INDONESIA ..!! ^_^

Selasa, 12 Juni 2012

FILKARTIKA (FILM KARTUN MATEMATIKA)


RINGKASAN
Karya tulis ini berjudul FILKARTIKA ( Film Kartun Matematika), Tontonan Edukatif Sebagai Solusi Belajar Matematika Tingkat Sekolah Dasar. Ditulis oleh Astina Dwi Errika, Miftah Hati, Tia Widyastuti, Winda Destariani, Siti Marfuah serta dibimbing oleh Dra. Indaryanti, M.Pd.
Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap menakutkan oleh para siswa sekolah dasar. Keengganan para siswa untuk belajar matematika ini ternyata berdampak buruk bagi kualitas pendidikan Indonesia khususnya dibidang matematika. Hal ini ditunjukkan dari peringkat yang di raih Indonesia pada kompetisi matematika dunia selalu berada dibawah. Siswa menganggap mata pelajaran matematika adalah pelajaran yang membosankan. Hal ini disebabkan oleh media pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat, sehingga kurang menarik perhatian siswa. Selain itu, pengaruh lingkungan yang sangat memprihatinkan juga mempengaruhi minat belajar siswa misalnya tontonan yang sering ditayangkan di televisi yang isinya tidak mendidik.
Untuk menjawab semua permasalahan ini kami menggagas sebuah solusi dalam cara belajar matematika siswa sekolah dasar yaitu melalui FILKARTIKA (Film Kartun Matematika) sebuah solusi belajar matematika yang menggabungkan dua unsur yang saling berlawanan yaitu matematika dan film kartun. Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan alternatif bagi siswa agar dapat mempelajari matematika dengan cara yang menyenangkan yaitu sambil menonton kartun. Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah metode studi pustaka yang diperoleh dari literatur-literatur terkait seperti buku-buku bacaan, surat kabar, jurnal ilmiah, dan artikel-artikel di media internet.
            Peran serta langkah strategis yang dilakukan untuk mensukseskan program ini adalah menjalin hubungan yang komunikatif serta koordinasi yang sinergi antar pihak-pihak yang terlibat seperti dinas pendidikan, lembaga penyiaran, sekolah dasar, dan lain lain; membuat wadah serta memberdayakan seniman-seniman animasi dan para ahli matematika yang ada di Indonesia; memanfaatkan stasiun-stasiun televisi Indonesia untuk mepublikasikan film kartun matematika serta menciptakan komunikasi yang baik antar siswa, guru, dan orang tua siswa.
Dengan program ini diharapkan tidak ada lagi anggapan buruk siswa terhadap mata pelajaran matematika, sehingga akan berdampak baik pada antusias siswa untuk belajar matematika serta terampil dalam penerapannya di kehidupan. Diharapkan juga dapat membawa nama baik Indonesia ke kancah internasional jika diadakan kompetisi-kompetisi matematika dunia pada kesempatan yang akan datang.







FILKARTIKA (FILM KARTUN MATEMATIKA), TONTONAN EDUKATIF SEBAGAI SOLUSI BELAJAR MATEMATIKA TINGKAT SEKOLAH DASAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran matematika merupakan salah satu subjek pelajaran yang penting untuk dipelajari oleh siswa mulai dari tingkat dasar hingga menengah, karena matematika tidak terlepas dari segala segi kehidupan. Hal ini senada dengan pendapat Cockroft (dalam Mulyono 2009 : 253) yang menyatakan bahwa matematika penting diajarkan karena selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika; merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dalam berbagai cara; meningkatakan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Berdasarkan data UNESCO, mutu pendidikan matematika di Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara yang diamati. Data lain yang menunjukkan rendahnya prestasi matematika siswa Indonesia dapat dilihat dari hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk Pendidikan (National Center for Education in Statistics, 2003) terhadap 41 negara dalam pembelajaran matematika, di mana Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 di bawah Thailand dan Uruguay (Ujianto, 2012).
Sampai sekarang mata pelajaran matematika khususnya pada tingkat pendidikan sekolah dasar masih memiliki berbagai masalah diantaranya matematika dianggap mata pelajaran yang tidak  menarik dan dianggap sulit oleh siswa, serta sistem pengajaran guru yang bersifat mekanik dan sebagian besar hanya mengajar secara konvensional . Pelajaran ‘hitung-menghitung’ ini kerap dianggap membuat bingung sehingga dalam benak mereka tertanam mindset negatif bahwa matematika itu hal yang sulit dan pada akhirnya membuat siswa itu tidak tertarik pada matematika. Selain itu, kebanyakan guru semakin menambah ketidaktertarikan siswa terhadap mata pelajaran matematika  dikarenakan kurang mampunya mereka dalam memodifikasi pembelajaran yang mampu menarik minat belajar siswa.
Dimyati dan Mudjiono ( 2006 : 233) mengemukakan bahwa dalam belajar mengajar ada empat komponen penting yang berpengaruh bagi keberhasilan belajar siswa, yaitu bahan belajar, suasana belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subyek pembelajaran. Komponen-komponen tersebut sangat penting dalam proses belajar-mengajar, sehingga melemahnya satu atau beberapa komponen akan menghambat hasil belajar yang optimal.
Seperti yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa media salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar merupakan sarana penyampai pesan kepada siswa. Penggunaan media akan merangsang minat siswa sekaligus mempercepat proses pemahamannya ketika mendapat hal-hal yang abstrak dan sulit dimengerti. Selain itu penggunaan media belajar akan menciptakan keasyikan tersendiri dalam belajar. Khususnya pada mata pelajaran matematika yang dianggap sulit bagi siswa penggunaan media dalam proses pembelajaran sangat diperlukan.
Namun pada kenyataannya, penggunaan media belajar matematika oleh guru masih jarang dilakukan. Sebagian besar guru matematika khususnya pada tingkat Sekolah Dasar cenderung menggunakan buku panduan/LKS dalam menyampaikan pelajaran matematika kepada siswa. Hal ini disebabkan karena beberapa alasan, diantaranya mengajar menggunakan media itu hanya merepotkan, memerlukan biaya yang lebih besar, kekurang-mampuan guru dalam menyediakan dan menggunakan media belajar tersebut, serta anggapan tentang media belajar yang justru akan membuat keseriusan siswa dalam belajar menjadi berkurang. Keterbatasan media yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran di sekolah inilah yang menjadi salah satu faktor penghambat siswa dalam memahami matematika secara lebih bermakna.
Penggunaan media audio-visual dalam pembelajaran matematika dianggap mampu meningkatkan daya serap siswa terhadap materi pembelajaran tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian Dunn (dalam Gordon Dryden dan Jeanette Vos: 1999) yang menyatakan bahwa mata adalah sumber belajar yang mempunyai daya serap tinggi yakni sebesar 40%, jauh lebih baik dibanding dengan daya serap melalui indera pendengaran yang hanya 30%, apalagi dibanding dengan model belajar kinestetik (gerakan) yang hanya mempunyai daya serap 15%.
Dari pendapat diatas, pengalaman yang melibatkan penglihatan, bunyi, sentuhan, rasa atau gerakan umumnya sangat jelas dalam ingatan kita. Jika menyangkut lebih dari satu indera, suatu pengalaman bahkan menjadi lebih mudah diingat.
Film kartun merupakan salah satu media audio-visual yang sangat digemari pada usia anak-anak. Film kartun ini mampu merangsang daya imajinasi anak sehingga memberikan kesan mendalam yang tahan lama. Selain itu, film kartun juga memiliki kemampuan yang besar sekali untuk menarik perhatian, mempengaruhi sikap dan juga tingkah laku anak. Hal ini dikarenakan film kartun biasanya menggunakan karakter yang mudah disukai anak, sehingga kerap kali anak-anak tersebut menjadikan tokoh kartun idolanya sebagai contoh perilaku dalam aktivitas bermainnya. Sayangnya, banyak film kartun yang tidak mendidik disajikan untuk anak-anak sehingga berdampak negatif bagi perilaku anak tersebut. Jika saja fim kartun tersebut bernuansa edukatif, maka perilaku anak-anak pun lebih terdidik.
Berdasarkan permasalahan inilah akhirnya penulis menemukan sebuah gagasan atau solusi yang dianggap tepat untuk mengatasi kondisi diatas, yaitu penulis menemukan sebuah alternatif cara belajar yang tepat bagi anak-anak usia sekolah dasar agar dapat menyukai pelajaran matematika sekaligus belajar. Penulis bergagasan untuk membuat sebuah solusi belajar matematika yang dapat dikonsumsi tidak hanya disekolah tapi juga dirumah tempat dimana seharusnya anak-anak mendapatkan banyak pelajaran. Ialah “ FILKARTIIKA (Film Kartun Matematika), Tontonan Edukatif Sebagai Solusi Belajar Matematika Tingkat Sekolah Dasar” sebuah terobosan baru bagi dunia pendidikan Indonesia khususnya matematika yang mengkombinasikan antara kartun dan matematika serta disajikan dengan konteks kehidupan sehari-hari yang dekat dengan lingkungan anak-anak sehingga membuat mereka semakin menyukai matematika.

Senin, 11 Juni 2012

RPP PMRI mengenai Perubahan Volum Balok



Pendidikan Matematikan Realistik dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudental yang berpendapat bahwa matematika merupakan aktivitas insani ( mathematics as a human activity) yang harus dikaitkan dengan relitas kehidupan.. berdasarkan pemikiran tersebut, PMRI mempunyai ciri antara lain bahwa dalam proses pembelajaran siswa harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali (to reinvent)  matematika melalui bimbingan guru, dan bahwa penemuan kembali (reinvention) ide konse matematika tersebut harus dimulai dari penjelajahan berbagai situasi dan persoalaan “dunia riil”.
Freudental berkeyakinan bahwa siswa tidak boleh dipandang sebagai penerima pasif matematika yang sudah jadi. Menurutnya pendidikan harus mengarahkan siswa kepada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali matematika dengan cara mereka sendiri. Banyak soal yang dapat diangkat dari berbagai konteks (situasi) yang dirasakan bermakna sehingga menjadi sumber belajar yang baik dan menyenangkan.


Disini saya akan memberikan contoh pembuatan RPP  dan Lembar Kerja SIswa (LKS)mdan worksheet dalam Pembelajaran dengan metode PMRI dengan materi "Perubahan Volum Balok"
silahkan Download disini untuk RPP
silahkan Download disini untuk LKS 

Ms. Powerpoint dengan tampilan menu pop up sebagai Media Pembelajaran Berbasis ICT

MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT


Salah satu kriteria agar pembelajaran dalam kelas menjadi menyenangkan terutama bagi siswa adalah dalam penggunaan media pembelajarannya. Banyak sekali kasus ditemukan dimana siswa merasa bosan dalam pelajaran, banyak faktor dan salah satunya karena media pembelajaran yang kurang menarik dan cenderung monoton.
Lalu, solusinya ialah dengan memanfaatkan teknologi (ICT ) yang telah ada untuk dijadikan sebagai media pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa. Salah satunya ialah menggunakan Microsoft Powerpoint. Sebagai salah satu produk daari Microsoft Office, ms.powerpoint terkhusus diciptakan untuk menyajikan atau memaparkan informasi-informasi penting kepada pembaca melalui teknologi.
Nah,, berikut ini akan saya berikan contoh media pembelajaran berbasis ICT yang menggunakan Ms.Powerpint  materi Garis Singgung Lingkaran beserta tampilannya yang menggunakan menu pop up. Semoga bisa bermanfaat bagi pembaca sekalian.

jika ingin melihat contoh dari Media pembelajaran menggunakan Powerpoint dan penggunaan menu popup, silahkan download disini :