RINGKASAN
Karya tulis ini berjudul FILKARTIKA (
Film Kartun Matematika), Tontonan Edukatif Sebagai Solusi Belajar Matematika
Tingkat Sekolah Dasar. Ditulis oleh Astina Dwi Errika, Miftah Hati, Tia
Widyastuti, Winda Destariani, Siti Marfuah serta dibimbing oleh Dra.
Indaryanti, M.Pd.
Matematika merupakan mata pelajaran yang
dianggap menakutkan oleh para siswa sekolah dasar. Keengganan para siswa untuk
belajar matematika ini ternyata berdampak buruk bagi kualitas pendidikan
Indonesia khususnya dibidang matematika. Hal ini ditunjukkan dari peringkat
yang di raih Indonesia pada kompetisi matematika dunia selalu berada dibawah. Siswa
menganggap mata pelajaran matematika adalah pelajaran yang membosankan. Hal ini
disebabkan oleh media pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat,
sehingga kurang menarik perhatian siswa. Selain itu, pengaruh lingkungan yang
sangat memprihatinkan juga mempengaruhi minat belajar siswa misalnya tontonan
yang sering ditayangkan di televisi yang isinya tidak mendidik.
Untuk menjawab semua permasalahan ini
kami menggagas sebuah solusi dalam cara belajar matematika siswa sekolah dasar
yaitu melalui FILKARTIKA (Film Kartun Matematika) sebuah solusi belajar
matematika yang menggabungkan dua unsur yang saling berlawanan yaitu matematika
dan film kartun. Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan alternatif bagi
siswa agar dapat mempelajari matematika dengan cara yang menyenangkan yaitu sambil
menonton kartun. Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah
metode studi pustaka yang diperoleh dari literatur-literatur terkait seperti
buku-buku bacaan, surat kabar, jurnal ilmiah, dan artikel-artikel di media
internet.
Peran
serta langkah strategis yang dilakukan untuk mensukseskan program ini adalah
menjalin hubungan yang komunikatif serta koordinasi yang sinergi antar
pihak-pihak yang terlibat seperti dinas pendidikan, lembaga penyiaran, sekolah
dasar, dan lain lain; membuat wadah serta memberdayakan seniman-seniman animasi
dan para ahli matematika yang ada di Indonesia; memanfaatkan stasiun-stasiun
televisi Indonesia untuk mepublikasikan film kartun matematika serta
menciptakan komunikasi yang baik antar siswa, guru, dan orang tua siswa.
Dengan program ini diharapkan tidak ada
lagi anggapan buruk siswa terhadap mata pelajaran matematika, sehingga akan
berdampak baik pada antusias siswa untuk belajar matematika serta terampil
dalam penerapannya di kehidupan. Diharapkan juga dapat membawa nama baik
Indonesia ke kancah internasional jika diadakan kompetisi-kompetisi matematika
dunia pada kesempatan yang akan datang.
FILKARTIKA (FILM
KARTUN MATEMATIKA), TONTONAN EDUKATIF SEBAGAI SOLUSI BELAJAR MATEMATIKA TINGKAT
SEKOLAH DASAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran
matematika merupakan salah satu subjek pelajaran yang penting untuk dipelajari
oleh siswa mulai dari tingkat dasar hingga menengah, karena matematika tidak
terlepas dari segala segi kehidupan. Hal ini senada dengan pendapat Cockroft
(dalam Mulyono 2009 : 253) yang menyatakan bahwa matematika penting diajarkan
karena selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; semua bidang studi
memerlukan keterampilan matematika; merupakan sarana komunikasi yang kuat,
singkat dan jelas; dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dalam berbagai
cara; meningkatakan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran
keruangan; memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang
menantang.
Berdasarkan data UNESCO, mutu pendidikan
matematika di Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara yang diamati.
Data lain yang menunjukkan rendahnya prestasi matematika siswa Indonesia dapat
dilihat dari hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk Pendidikan
(National Center for Education in Statistics, 2003) terhadap 41 negara dalam
pembelajaran matematika, di mana Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 di bawah
Thailand dan Uruguay (Ujianto, 2012).
Sampai sekarang
mata pelajaran matematika khususnya pada tingkat pendidikan sekolah dasar masih
memiliki berbagai masalah diantaranya matematika dianggap mata pelajaran yang
tidak menarik dan dianggap sulit oleh
siswa, serta sistem pengajaran guru yang bersifat mekanik dan sebagian besar
hanya mengajar secara konvensional . Pelajaran ‘hitung-menghitung’ ini kerap
dianggap membuat bingung sehingga dalam benak mereka tertanam mindset negatif bahwa matematika itu hal
yang sulit dan pada akhirnya membuat siswa itu tidak tertarik pada matematika.
Selain itu, kebanyakan guru semakin menambah ketidaktertarikan siswa terhadap
mata pelajaran matematika dikarenakan
kurang mampunya mereka dalam memodifikasi pembelajaran yang mampu menarik minat
belajar siswa.
Dimyati dan
Mudjiono ( 2006 : 233) mengemukakan bahwa dalam belajar mengajar ada empat
komponen penting yang berpengaruh bagi keberhasilan belajar siswa, yaitu bahan
belajar, suasana belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subyek
pembelajaran. Komponen-komponen tersebut sangat penting dalam proses
belajar-mengajar, sehingga melemahnya satu atau beberapa komponen akan
menghambat hasil belajar yang optimal.
Seperti yang
dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa media salah satu komponen dalam
kegiatan belajar mengajar merupakan sarana penyampai pesan kepada siswa.
Penggunaan media akan merangsang minat siswa sekaligus mempercepat proses
pemahamannya ketika mendapat hal-hal yang abstrak dan sulit dimengerti. Selain
itu penggunaan media belajar akan menciptakan keasyikan tersendiri dalam
belajar. Khususnya pada mata pelajaran matematika yang dianggap sulit bagi
siswa penggunaan media dalam proses pembelajaran sangat diperlukan.
Namun pada
kenyataannya, penggunaan media belajar matematika oleh guru masih jarang
dilakukan. Sebagian besar guru matematika khususnya pada tingkat Sekolah Dasar
cenderung menggunakan buku panduan/LKS dalam menyampaikan pelajaran matematika
kepada siswa. Hal ini disebabkan karena beberapa alasan, diantaranya mengajar
menggunakan media itu hanya merepotkan, memerlukan biaya yang lebih besar,
kekurang-mampuan guru dalam menyediakan dan menggunakan media belajar tersebut,
serta anggapan tentang media belajar yang justru akan membuat keseriusan siswa
dalam belajar menjadi berkurang. Keterbatasan media yang digunakan oleh guru
dalam pembelajaran di sekolah inilah yang menjadi salah satu faktor penghambat
siswa dalam memahami matematika secara lebih bermakna.
Penggunaan media
audio-visual dalam pembelajaran matematika dianggap mampu meningkatkan daya
serap siswa terhadap materi pembelajaran tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian Dunn
(dalam Gordon Dryden dan Jeanette Vos: 1999) yang menyatakan bahwa mata adalah
sumber belajar yang mempunyai daya serap tinggi yakni sebesar 40%, jauh lebih
baik dibanding dengan daya serap melalui indera pendengaran yang hanya 30%,
apalagi dibanding dengan model belajar kinestetik (gerakan) yang hanya
mempunyai daya serap 15%.
Dari pendapat diatas, pengalaman yang
melibatkan penglihatan, bunyi, sentuhan, rasa atau gerakan umumnya sangat jelas
dalam ingatan kita. Jika menyangkut lebih dari satu indera, suatu pengalaman
bahkan menjadi lebih mudah diingat.
Film kartun merupakan salah satu media
audio-visual yang sangat digemari pada usia anak-anak. Film kartun ini mampu
merangsang daya imajinasi anak sehingga memberikan kesan mendalam yang tahan
lama. Selain itu, film kartun juga memiliki kemampuan yang besar sekali untuk
menarik perhatian, mempengaruhi sikap dan juga tingkah laku anak. Hal ini
dikarenakan film kartun biasanya menggunakan karakter yang mudah disukai anak,
sehingga kerap kali anak-anak tersebut menjadikan tokoh kartun idolanya sebagai
contoh perilaku dalam aktivitas bermainnya. Sayangnya, banyak film kartun yang
tidak mendidik disajikan untuk anak-anak sehingga berdampak negatif bagi perilaku
anak tersebut. Jika saja fim kartun tersebut bernuansa edukatif, maka perilaku
anak-anak pun lebih terdidik.
Berdasarkan permasalahan inilah akhirnya penulis
menemukan sebuah gagasan atau solusi yang dianggap tepat untuk mengatasi
kondisi diatas, yaitu penulis menemukan sebuah alternatif cara belajar yang
tepat bagi anak-anak usia sekolah dasar agar dapat menyukai pelajaran
matematika sekaligus belajar. Penulis bergagasan untuk membuat sebuah solusi
belajar matematika yang dapat dikonsumsi tidak hanya disekolah tapi juga
dirumah tempat dimana seharusnya anak-anak mendapatkan banyak pelajaran. Ialah
“ FILKARTIIKA (Film Kartun Matematika), Tontonan Edukatif Sebagai Solusi
Belajar Matematika Tingkat Sekolah Dasar” sebuah terobosan baru bagi dunia
pendidikan Indonesia khususnya matematika yang mengkombinasikan antara kartun
dan matematika serta disajikan dengan konteks kehidupan sehari-hari yang dekat
dengan lingkungan anak-anak sehingga membuat mereka semakin menyukai
matematika.
Tujuan dan
Manfaat
Tujuan penulisan ini adalah :
1. Memberikan gagasan atau solusi berupa alternatif media
belajar matematika yang menarik dan mendidik bagi anak-anak usia sekolah dasar.
2. Memudahkan guru dan orang tua dalam mentransfer
pengetahuan matematika kepada anak-anak sehingga siswa paham matematika serta
penerapannya dalam kehidupan.
3. Menumbuhkan ide kreatif anak-anak dalam menyelesaikan
permasalahan matematka yang terjadi di kehidupan sehari-hari mereka.
4. Meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia terutama
dibidang matematika dan meningkatkan kemampuan bersaing Indonesia dibidang
matematika dikancah Internasional.
Manfaat penulisan ini adalah :
Adapun
manfaat yang hendak dicapai dari pembuatan film kartun matematika ini adalah
agar dapat meningkatkan kualitas hidup anak-anak kelak dengan mereka memahami
dan menerapkan ilmu matematika dikehidupan sehari-hari, dan meningkatkan latar
belakang pendidikan bangsa Indonesia karena anak-anak merupakan calon penerus
bangsa.
Metode Penulisan
Metode
yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah metode studi pustaka (desk
study) yang diperoleh dari
literatur-literatur terkait seperti buku-buku bacaan, surat kabar, jurnal
ilmiah dan artikel-artikel di media
internet. Data dan informasi yang diperoleh tersebut kemudian diolah dan
dianalisis secara deskriptif terkait permasalahan utama yang diangkat sehingga
dari hasil pengolahan data dan informasi tersebut dituangkan dalam bentuk karya
tulis ilmiah.
GAGASAN
Realita Matematika (Queen
of Science), Kawan yang Dianggap
Lawan
Tujuan
pendidikan nasional adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang memiliki
keahlian, mampu bersaing, dan berwawasaan maju dalam wadah Negara Republik
Indonesia. Salah satu faktor yang mendukung tercapainya tujuan nasional adalah
menguasai ilmu pengetahuan. Terdapat banyak cabang disiplin ilmu dalam ilmu
pengetahuan, salah satunya ialah disiplin ilmu matematika.
Matematika
adalah suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibungkus melalui
proses penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat
logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga berkaitan antar konsep (Kurikulum
Matematika, 2004: 5). Oleh karena hampir seluruh cabang disiplin ilmu berkaitan
dengan matematika, sehingga matematika dikenal sebagai ilmu dasar dan sering
juga disebut ‘Queen of Science’.
Peran matematika
sebagai ‘Queen of Science’ memberikan
kontribusi positif dalam tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermanfaat
melalui sikap kritis dan berfikir logis. Dalam proses pembelajaran, matematika
dipelajari bertujuan untuk melatih kemampuan kritis, logis, analitis, dan sistematis, dan memiliki sifat obyektif,
jujur, disiplin dalam memecahkan suatu pemasalahan baik dalam bidang matematika
maupun bidang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Wimbarti (dalam
Satria , 2012) mengungkapkan, kemampuan dalam matematika sangat diperlukan oleh
manusia pada usia awal perkembangannya terutama pada saat anak duduk di sekolah
dasar. Kemampuan matematika diperlukan untuk secara kognitif membantu siswa
untuk dapat berpikir logis. Bersama dengan kemampuan berbahasa yang diperlukan
untuk memahami ilmu pengetahuan, matematika perlu dikuasai siswa sekolah dasar
unutk membantu mereka mencerna ilmu-ilmu yang akan datang kemudian pada kelas
dan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Mutu pendidikan
Indonesia, terutama dalam mata pelajaran matematika bisa dikatakan masih
rendah. Data
menunjukkan rendahnya prestasi matematika siswa Indonesia dapat dilihat dari
hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk Pendidikan (National Center
for Education in Statistics, 2003) terhadap 41 negara dalam pembelajaran
matematika, di mana Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 di bawah Thailand dan
Uruguay (Ujianto, 2012).
Tabel
1. Skor Rata-rata Matematika Siswa Tingkat IV dan VIII Tahun 2007
Sumber : Highlights from TIMSS (Institute of Education Science) , 2009 .
Dari tabel diatas yaitu mengenai skor
rata-rata matematika siswa tingkat 4 dan 8 tahun 2007, Indonesia berada pada
posisi 13 terendah pada tingkat 8. Sangat jauh dibanding negara ASEAN lainnya
seperti Singapura. Studi lain menyebutkan bahwa dari data The Program for
International Student Assessment (PISA) pada 2010 memperlihatkan kondisi
serupa, yaitu Indonesia berada pada peringkat ketiga dari bawah, lebih baik
dari pada Krigistan dan Panama (Nadiah, 2011 ).
Dibanding Malaysia dan Singapura,
kualitas matematika Indonesia masih rendah, data menyebutkan bahwa skor yang
diperoleh Indonesia (411) jauh lebih rendah dibanding malaysia (508) ataupun
Singapura (605). Bahkan berdasarkan data pada TIMSS (Trends in International
Mathematics and Science Study) (1992), skor Indonesia berada di bawah rata-rata
skor Internasional yaitu 467 (Hudiono, 2009).
Dari
data-data diatas menimbulkan sebuah pertanyaan, apa yang membuat kualitas
pendidikan matematika anak-anak Indonesia rendah?. Banyak faktor penyebab
mengapa kualitas matematika Indonesia ini rendah khususnya untuk anak usia
sekolah dasar. Rendahnya kemampuan anak usia sekolah dasar Indonesia dibidang
matematika karena mereka beranggapan bahwa pembelajaran matematika itu sulit, serta
kurangnya jumlah pengajar yang mengikuti perkembangan matematika.
Tidak
bisa dipungkiri bahwa guru salah satu pemegang peran utama yang menyebabkan
berkembang atau tidaknya pengetahuan siswa sekolah dasar mengenai matematika.
Anak-anak akan menyukai belajar matematika jika guru menyampaikan materi
matematika tersebut dengan metode yang menarik dan menyenangkan. Namun, pada
kenyataannya pembelajaran yang diterapkan hampir semua guru sekolah dasar
cenderung text book oriented dan
kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran matematika yang
cenderung abstrak, sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang
memperhatikan kemampuan berpikir siswa. Metode yang digunakan kurang
bervariasi, tidak melakukan pengajaran bermakna, dan sebagai akibatnya motivasi
belajar siswa sekolah dasar menjadi sulit ditumbuhkan.
Kurangnya
motivasi belajar siswa sekolah dasar terhadap mata pelajaran matematika
merupakan titik awal mengapa hasil belajar mereka pun kurang baik, dan hal ini
berujung pada kualitas pengetahuan matematika mereka yang buruk. Minat mereka
yang kurang akan matematika ini karena anggapan mereka yang mengatakan bahwa
matematika menakutkan identik dengan angka-angka yang dijamin akan membuat mata
dan pikiran menjadi berkunang-kunang. Kemudian matematika sering diasumsikan
dengan berbagai hal yang berkonotasi negatif, dari mulai matematika sebagai
ilmu yang sukar, ilmu hafalan tentang rumus, ilmu abstrak yang tidak
berhubungan dengan realita, sampai dengan ilmu yang membosankan, kaku dan tidak
rekreatif. Tambah memprihatinkan lagi ketika siswa membuat sebuah slogan Matematika alias “Makin Tekun Makin
Tidak Keruan”.
Begitulah gambaran mengenai betapa
anak-anak sekolah dasar sekarang jauh dari matematika. Bagaimana mereka bisa menekuni
pelajaran matematika dan menerapkan dalam kehidupannya jika sekedar untuk
melirik pun mereka berat melakukannya. Padahal jika ditilik lebih dalam,
kehidupan anak-anak ini tidak akan terlepas dari hal yang namanya matematika.
Hampir setiap langkah kehidupan mereka terikat dengan matematika. Disaat realita matematika yang disebut
sebagai ratu pengetahuan ini kian akut dijauhi oleh anak – anak, maka ungkapan
yang tepat untuk menggambarkan situasi ini adalah “matematika, kawan yang
dianggap lawan”.
Metode Baru pada
Pembelajaran Matematika
Menurut Nurcahyanti (2011) penyebab
rendahnya mutu pendidikan secara global di Indonesia antara lain adalah masalah
efektifitas, efisiensi dan standarisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi
masalh pendidikan si Indonesia umunya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia
pendidikan yaitu : Rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas dan kesejahteraan
guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya pemerataan pendidikan, rendahnya
relevansi pendidikan dengan kebutuhan, dan mahalnya biaya pendidikan.
Beberapa langkah yang dilakukan oleh
pemerintah dalam rangka meningkatkan pendidikan secara umum di Indonesia,
antara lain yaitu :.
1.
Meningkatkan mutu pendidikan
dengan meningkatkan kualifikasi guru, dosen serta meningkatkan nilai rata-rata
kelulusan dalam ujian nasional.
2.
Pemerintah akan menambah jumlah
jenis pendidikan di bidang kompetensi atau profesi sekolah kejuruan untuk
menyipakan tenaga siap pakai yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
3.
Pemerintah berencana membangun
infrastruktur seperti menambah jumlah komputer dan perpustakaan
disekolah-sekolah.
4.
Pemerintah juga akan meningkatkan
anggaran pendidikan.
Selain
berupaya meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan, pemerintah Indonesia dibantu dengan para matematikawan
yang dimilikinya juga menciptakan langkah – langkah yang dianggap efektif dalam
upaya meningkatkan kualitas pendidikan matematika di Indonesia.
Penerapan
metode-metode baru dan strategi pembelajaran matematika yang sebagian besar
diadopsi dari negara-negara asing merupakan salah satu bentuk upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan matematika Indonesia. Metode –
metode baru pembelajaran matematika yang sedang digalakkan sekarang ini yaitu :
1.
CTL ( Contextual Teaching and Learning)
CTL(Contextual
Teaching and Learning) merupakan salah satu metode pembelajaran yang
dikembangkan oleh John Dewey (USA) dimana materi yang diajarkan oleh
guru(pendidik) dikaitkan dengn situasi dunia nyata. Penggunaan CTL ini lebih
ditekankan pada mata pelajaran Matematika. Metode pembelajaran ini menawarkan bentuk
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian, melalui proses berpengalaman secara langsung diharapkan
perkembangan siswa terjadi secara utuh meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor, sehingga pembelajaran lebih bermakna.
2.
RME (Realistic Mathematics Education)
Pendidikan
Matematika Realistik merupakan pembelajaran matematika yang didasarkan pada
pemikiran Freudenthal mengenai matematika sebagai aktivitas manusia
(Gravemeijer :1994). Dalam metode RME, matematika harus terkait dengan realita
dekat dengan duniaa siswa dan harus relevan dengan kehidupan sosial. Kata “realistik” tidak hanya berarti suatu kenyataan tetapi “realistik”
berarti sesuatu yang bermakna bagi siswa. Dalam pembelajaran matematika
realistik, permasalahan kontekstual yang dipakai harus bermakna bagi siswa.
3. Pemecahan Masalah (Problem
Solving)
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum
matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun
penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan
serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah
yang bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematika
penting seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola,
penggeneralisasian, komunikasi matematika, dan lain lain dapat dikembangkan
secara lebih baik.
- Konstruktivisme
Konstruktivisme
adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif
siswa berdasarkan pengalaman. Dalam teori ini, penekanan diberikan kepada siswa
lebih dari pada guru. Hal ini karena siswalah yang berinteraksi dengan bahan
dan peristiwa dan memperoleh kepahaman tentang bahan dan peristiwa tersebut.
Metode-metode pembelajaran matematika diatas semuanya menekankan pada
keaktifan peserta didik (siswa). Dengan demikian siswa berkesempatan untuk
mengungkapkan ide-idenya dan alasan jawaban mereka. Dan diharapkan dengan
penerapannya metode –metode diatas dapat merangsang siswa sekolah dasar untuk
merubah pola pikir mereka mengenai matematika hingga akhirnya membuahkan hasil
belajar yang memuaskan.
Back to Konvensional
Tujuan pembelajaran matematika yaitu
: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang
meliputi kemampuan memahami masalah, marancang model matematika, menyelesaikan
model dan menafsirka solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan
dengan symbol, table, diagaram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu , perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (
Depdiknas, 2006).
Berdasarkan
tujuan tersebut pemerintah telah melakukan pembaharuan dan usaha untuk
melakukan perbaikan pada sistem pendidikan, seperti penyempurnaan kurikulum,
dengan meningkatkan kemampuan guru melalui penataran. Meskipun demikian, hasil
belajar siswa masih rendah khususnya pada` pelajaran matematika, kenyataan
setiap UN (Ujian Nasional) rata-rata siswa yang tidak lulus adalah mata
pelajaran matematika. Hal tersebut merupakan masalah bagi pengajar untuk
memilih metode mengajar yang menarik perhatian siswa untuk belajar sehingga
menimbulkan minat dan motivasi bagi siswa untuk berprestasi yang juga akan
mendukung terhadap hasil belajar matematika.
Seperti
yang telah di jelaskan sebelumnya, bahwa dengan diciptakan serta diterapkannya
metode-metode inovasi pembelajaran matematika merupakan salah satu usaha dalam
meningkatkan kualitas mematematisasi siswa. Namun, tidak menutup kemungkinan
metode-metode diatas juga memiliki kendala dalam pelaksanaanya. Banyak faktor yang
membuat metode-metode diatas tidak berjalan secara efektif. Diantaranya, metode ini tidak mendapat
dukungan dari semua pihak, khususnya pihak guru sebagai pemegang kunci terjalan
atau tidaknya metode ini. Beberapa guru matematika yang menganggap bahwa
penerapan metode pembelajaran baru ini hanya membuang-buang waktu saja,
kemudian repot dalam pelaksanaannya. Belum lagi dituntut untuk mencapai
Kompetensi Dasar yang tercatat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Hal inilah yang akhirnya membuat guru terkadang enggan menerapkan metode baru
dan akhirnya memutuskan menggunakan metode pembelajaran matematika yang konvensional, mekanik dan
cenderung text book yang akhirnya
menghambat upaya peningkatan mutu pendidikan Indonesia.
Disaat penerapan metode-metode baru
yang diharapkan bisa meningkatkan antusias siswa tingkat sekolah dasar terhadap
mata pelajaran matematika tak berjalan dengan mulus, maka dirasa perlu sebuah
solusi untuk mengatasi hal tersebut. Inilah yang menjadi alasan kami menggagas
sebuah inovasi dalam proses pembelaran matematika untuk tingkat sekolah dasar.
Yaitu sebuah media belajar matematika yang akan digemari oleh anak-anak sekolah
dasar dan dapat membuat siswa itu lebih mudah paham terhadap materi yang
diajarkan.
Filkartika (Film
Kartun Matematika), Solusi Belajar Matematika Matematika Siswa Sekolah Dasar
Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya ternyata Indonesia masih butuh pembenahan dalam pendidikan.
Khususnya kualitas pengetahuan anak-anak tentang matematika. Jika dibiarkan,
lambat laun Indonesia akan semakin ketinggalan dengan negara lain dan akhirnya
akan bermuara ke keterpurukan sistem pendidikan Indonesia.
Untuk
mencegah keterpurukan pendidikan Indonesia, kami memiliki sebuah inovasi media belajar yang bisa mengatasi semua
permasalahan pembelajaran matematika yaitu mengkombinasikan matematika dengan
sebuah animasi / kartun. Maksudnya disini ialah dengan merepresentasikan
materi-materi ajar matematika ke dalam sebuah film kartun yang sangat disukai
oleh anak-anak.
Pengalaman
– pengalaman yang melibatkan penglihatan, bunyi, sentuhan, rasa, atau gerakan
umunya sangat jelas dalam memori kita. Dan jika menyangkut lebih dari satu
indera, suatu pengaman bahkan menjadi lebih mudah diingat ( DePorter, 1999 :
214). DePorter juga mengemukakan ( 1999 : 209) bahwa sebagai seorang anak,
bermain-main dan bersenang- senang kemungkinan menjadi fokus segala ingatan.
Berdasarkan
teori tersebut, kami memilih kartun sebagai media belajar matematika anak usia
sekolah dasar. Objek gambar yang bergerak seolah-olah hidup ini tidak hanya
digunakan untuk hiburan saja, namun sangat tepat jika dijadikan sebuah media
belajar mata pelajaran matematika. Hal-hal yang bersifat audio-visual biasanya
akan mudah diingat oleh anak-anak tingkat sekolah dasar karena pada usia
sekolah dasar ini yaitu dari usia 6-12 tahun ialah masanya bagi anak dimana
mereka lebih sering menggunakan imajinasi dan khayalan mereka. Dengan
mengkombinasikan matematika dengan film kartun yang dianggap sebagai sesuatu yang sangat menarik
oleh anak sekolah dasar, bisa di pastikan anak-anak tidak akan pernah malas
lagi untuk belajar matematika.
Kelebihan
lain dari FILKARTIKA ini adalah film kartun yang disajikan di dalam lingkungan
rumah, yang artinya ialah disaat anak-anak bosan dengan pelajaran mereka
disekolah maka untuk menghilangkan kebosanan tersebut dengan menonton film
kartun ini dirumah mereka. Tidak bisa dipungkiri bahwa rumah adalah
satu-satunya tempat yang paling diingini oleh siswa sekolah dasar untuk
menghabiskan sebagian besar waktunya, dan disaat yang tepat seperti inilah film
kartun matematika disajikan di stasiun-stasiun televisi kesayangan keluarga.
Film
kartun matematika sebagai tontonan edukatif anak-anak ini disajikan dengan
memakai prinsip contextual dan realistic, yang artinya alur cerita yang
di tawarkan pada tiap tayangannya merupakan konteks kehidupan yang sangat dekat
dengan anak-anak. Diharapkan dengan ini anak-anak bisa lebih mudah mencerna
materi yang diajarkan dalam film itu karena ia merasa dekat dan tidak asing
dengan situasi tersebut.
Inovasi media belajar ini selain
dapat menjadi sebuah alternatif yang sangat cocok bagi pembelajaran matematika
anak, juga dapat memotivasi para animator yang dimiliki oleh Indonesia untuk
lebih meningkatkan kreatifitas mereka dalam membuat animasi yang bermanfaat dan
memiliki nilai edukatif bagi masyarakat, terutama anak-anak.
Peran
dan Langkah Strategis Pencapaian Program
Untuk mendukung dan mensukseskan
program yang telah kami tawarkan ini, tentunya diperlukan peran dari berbagai
pihak, mulai dari pemerintah,matematikawan/wati, guru, animator, lembaga
penyiaran Indonesia, orang tua, dan tentu saja siswa sekolah dasar itu sendiri.
Peran pemerintah sebagai pengambil kebijakan, berupa penyediaan dana anggaran
khusus yang nantinya akan dipakai oleh para crew
dan tim kreatif yang mengelola pembuatan film kartun ini nantinya. Peran guru
adalah sebagai motivator dan memberikan sugesti kepada para siswa sekolah dasar
agar para siswa tertarik untuk menyaksikan program ini. Selain itu, peran dari
para animator adalah memunculkan ide kreatif untuk mendesain sebuah film kartun
matematika agar menarik bagi anak-anak. Peran matematikawan/wati berupa
menghasilkan ide-ide matematis berupa materi-materi belajar matematika yang
nantinya akan direpresentasikan dalam bentuk kartun. Peran lembaga penyiaran
Indonesia untuk mempublikasikan film kartun melalui stasiun-stasiun televisi.
Sebagai orang tua tidak terlepas perannya yaitu untuk mengawasi anak mereka
dalam belajar menggunakan media ini. Sedangkan peran siswa sekolah dasar adalah
sebagai objek sekaligus pelaku dalam pengeksekusian program ini. Tanpa peran
dari siswa maka program ini akan sia-sia.
Keluaran
dari pelaksanaan program ini nantinya akan menghasilkan siswa-siswa sekolah
dasar yang terampil dalam matematika. Tidak hanya dalam teoritis saja tapi juga
implementasinya dalam kehidupan sekaligus dapat mengharumkan nama Indonesia
jika memenangkan berbagai kejuaraan matematika dunia.
Langkah strategis yang dapat dilakukan
adalah :
1.
Menjalin hubungan serta
koordinasi yang sinergi antar pihak-pihak yang terlibat seperti dinas
pendidikan, lembaga penyiaran, sekolah dasar, dan lain lain.
2.
Membuat wadah serta memberdayakan
seniman-seniman animasi dan para ahli matematika yang ada di Indonesia.
3.
Memanfaatkan stasiun-stasiun
televisi Indonesia untuk mepublikasikan film kartun matematika.
4.
Menciptakan komunikasi yang baik
antar siswa, guru, dan orang tua siswa.
Dengan adanya langkah strategis
dalam pembuatan film kartun matematika ini serta didukung oleh semua pihak yang
terkait, diharapkan dapat meningkatkan kecintaan serta keterampilan anak-anak
sekolah dasar terhadap matematika dan yang pastinya juga dapat meningkatkan
kualitas pendidikan Indonesia terkhusus dibidang matematika. Sehingga kualitas hidup
anak-anak Indonesia menjadi semakin membanggakan. Dan pada akhirnya Indonesia
dengan bangga dan percaya diri untuk menunjukkan pada dunia bahwa “Indonesia
Bisa”.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa :
- Permasalahan
mendasar yang menyebabkan kualitas pendidikan Indonesia khususnya
matematika rendah dikarenakan kurangnya minat serta antusias para peserta
didik terhadap matematika itu sendiri. Metode-metode pembelajaran yang
ditawarkan sebagai upaya peningkatan kualitas matematika Indonesia
ternyata masih dianggap sebelah mata oleh beberapa pihak yang menyebabkan
pengembangan metode ini pun menjadi terhambat.
- Untuk
mengatasi kurangnya minat dan antusias siswa sekolah dasar terhadap
matematika maka diciptakanlah sebuah solusi belajar matematika baru yang
mengkombinasikan antara matematika dengan kecintaan anak-anak akan tokoh
kartun, yaitu FILKARTIKA (film kartun matematika) yang memakai konteks
kehidupan anak-anak sehingga anak-anak akan mudah memahami matematika.
- Langkah
strategis yang dijalankan untuk merealisasikan program FILKARTIKA adalah
dengan cara
·
Menjalin hubungan yang
komunikatif serta koordinasi yang sinergi antar pihak-pihak yang terlibat
seperti dinas pendidikan, lembaga penyiaran, sekolah dasar, dan lain lain.
·
Membuat wadah serta memberdayakan
seniman-seniman animasi yang ada di Indonesia.
· Memanfaatkan stasiun-stasiun televisi
Indonesia untuk mepublikasikan film kartun matematika.
· Menciptakan komunikasi yang baik antar siswa,
guru, dan orang tua siswa.
4.
Ekspektasi yang luar bisa dengan
adanya program ini ialah agar tidak ada lagi istilah siswa takut dengan mata
pelajaran matematika, melainkan mencintai matematika dan terampil tidak hanya
dalam teoritis saja tapi juga dalam penerapannya dikehidupan yang kedepannya akan
berdampak kepada kualitas pendidikan Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman,
Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Prestasi Pustaka Karya
Depdiknas.
2003. Undang Undang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta : Rineka Cipta
DePorter, Bobbi
dan Mike Herracki. 2002. Quantum Learning
Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : Kaifa
Dryden, Gordon
dan Jeanette Vos. 1999. The Learning
Revolution. The Learning Web : United State
Dimyati dan
Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta : Rineka Cipta
Gravemeijer, K. 1994. Developing Realistic Mathematics Education. Utrecht : CD Beta Press
Hudiono,
Bambang. 2009. Pendidikan Matematika Masa
Depan. http://matematikaunp.wordpress.com/2009/10/08/pendidikan-matematika-masa-depan/ , (diakses tanggal 25 Februari 2012)
Nadiah,
Rifa. 2011. Waduh… 76,6 % Anak Buta
Matematika. http://kampus.okezone.com/read/2011/05/20/373/459251/Waduh...76,6%,
(diakses tanggal 24 Februari 2012 )
Satria.
2012. Mutu Pendidikan di Indonesia Masih
Rendah. http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4467, (diakses tanggal 24 Februari 2012)
Unjianto,
Bambang. 2012. Mutu Pendidikan Matematika
di Indonesia Masih Rendah. http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/02/26/110642/Mutu-Pendidikan-Matematika-di-Indonesia-Renda, (diakses tanggal 25 Februari 2012).
U.S Department of
Education . 2009. Mathematics and
Science Achievement f U.S. Fourth-and Eight-Grade Students in an International
Context. United State
Biodata Ketua
Pelaksana
Nama : Astina Dwi Errika
NIM : 06101008043
Jurusan : Pendidikan MIPA
Program
Studi : Pendidikan
Matematika
Alamat : Jl. Sarjana
Blok.D No.1 Timbangan Kab. Inderalaya Utara ,Ogan Ilir, Sum-Sel 30662
HP :
087796779040
E-mail :
astinadwierrika@yahoo.com
Indralaya, 5
Maret 2012
Astina Dwi Errika
Biodata Anggota Pelaksana
Nama : Miftah Hati
NIM : 06101008028
Program
Studi : Pendidikan
Matematika
Alamat
:
Jl. Nusantara, Pemondokan Mahasiswa Prima,
Inderalaya , Ogan Ilir
HP :
085764188166
E-mail :
miftahhati@ymail.com
Indralaya, 5
Maret 2012
Miftah Hati
Biodata Anggota Pelaksana
Nama : Siti Marfuah
NIM : 06111008039
Program
Studi : Pendidikan
Matematika
Alamat
: Jl.
Kancil Putih Pulau, No.32 RT 47 RW 10 Kec. Demang Lebar Daun,Kel.Ilir Barat 1 Palembang
HP :
085378156751
E-mail :
siti.marfuah1994@yahoo.com
Indralaya, 5
Maret 2012
Siti
Marfuah
Biodata Anggota Pelaksana
Nama : Tia Widyastuti
NIM : 06101008035
Program
Studi : Pendidikan
Matematika
Alamat
: Wisma
Amanah No.6 Inderalaya
HP :
085268730989
E-mail :
tia.widyastuti@yahoo.com
Indralaya, 5
Maret 2012
Tia Widyastuti
Biodata Anggota Pelaksana
Nama : Winda Destariani
NIM : 06101008016
Program
Studi : Pendidikan
Matematika
Alamat
: Bedeng
Kades , Timbangan km.32 Inderalaya Ogan Ilir
HP :
08153888907
E-mail :
windadestariani@yahoo.co.id
Indralaya, 5
Maret 2012
Winda Destariani
Biodata Dosen Pendamping
1.
Nama Lengkap :
Dr. Somakim, M.Pd
NIP :
196304061991031003
Jenis Kelamin : laki-Laki
Tempat/Tanggal Lahir : Palembang, 4 April 1963
Pangkat/ Golongan : Pembina/ IV A
Jabatan : Lektor
Kepala
Alamat Kantor : FKIP Unsri
Alamat Rumah : Jl. Suka Bangun
II Pondok Indah Recidence B-6 Palembang
Telepon :
0812
7830500
E-mail :
somakim_math@yahoo.com
Pendidikan Formal:
- SD Negeri 124 Palembang
- SMP Santo Louis Palembang
4. SMA Xaverius II Palembang
5. S-1 Pendidikan Matematika FKIP UNSRI
6. S-2 Pendidikan Matematika Universitas Negeri
Surabaya
7. S-3 Pendidikan Matematika Universitas
Pendidikan Indonesia
Pengalaman Jabatan:
-
Sekretaris
UPSIF 1998 – 2002
-
Koordinator
PPL 2002 – 2006
-
Sekretaris
Pendidikan Magister Pendidikan Matematika 2010-sekarang
-
Dosen/
Staff pengajar 1991- sekarang
Inderalaya, 6
Maret 2012
Dr. Somakim,
M.Pd
NIP. 196304061991031003
1 komentar:
sangat bermanfaat
jangan lupa Kunjungi Kami : https://ittelkom-sby.ac.id/
Posting Komentar